Tim Red Bull saat ini berada dalam masa transisi yang cukup berat. Situasinya tidak bisa dibilang “biasa-biasa saja.” Bahkan, mereka bisa diibaratkan sedang mengalami “pit-stop” yang buruk, meskipun balapan tetap harus diselesaikan.
Kepergian dua sosok penting, yakni desainer legendaris Adrian Newey ke Aston Martin dan manajer tim Jonathan Wheatley ke Audi, menambah beban bagi tim.
Mereka kini dihadapkan pada tantangan besar untuk mempertahankan gelar juara dunia mereka, setelah kehilangan keunggulan di klasemen konstruktor dari McLaren pada GP Baku City. Selain itu, Red Bull sudah melewati tujuh Grand Prix terakhir tanpa meraih kemenangan.
Untuk mengatasi kondisi ini, tim melakukan restrukturisasi. Namun, langkah yang diambil cukup sederhana, yaitu dengan rotasi jabatan teknisi senior. Red Bull tidak mendatangkan orang baru, dan perubahan ini akan sepenuhnya diterapkan menjelang musim 2025.
Salah satu keputusan penting adalah promosi Gianpiero Lambiase, teknisi balap dari Max Verstappen, menjadi Kepala Tim Balap. Lambiase adalah sosok penting di balik kesuksesan Verstappen meraih tiga gelar juara dunia F1 sejak bergabung pada 2016.
Dalam jabatan barunya, Lambiase akan terus bekerja sama dengan Verstappen dan menjalankan tugasnya di tepi lintasan, sembari melapor kepada Direktur Teknis Pierre Wache.
Menariknya, Red Bull memutuskan untuk tidak menggantikan posisi Jonathan Wheatley secara langsung. Sebagai gantinya, tanggung jawab Wheatley akan dibagi ke beberapa staf senior yang sudah berpengalaman di tim.
Pertama, Steve Knowles akan menjabat sebagai Kepala Regulasi Olahraga. Ia akan menjadi penghubung utama antara tim dan badan pengatur FIA, serta melapor kepada Lambiase.
Kedua, Richard Wolverson akan mengambil peran sebagai Kepala Operasi Tim Balap dan bertanggung jawab atas operasi sehari-hari di lintasan.
Ketiga, Gerrard O’Reilly dipromosikan menjadi Kepala Logistik tim. Sementara itu, Phil Turner, yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Mekanik, kini menjadi Manajer Operasi Tim Balap.
Seluruh pejabat senior ini akan mulai menjalankan tugas baru mereka secara resmi pada musim 2025. Dengan demikian, tim diharapkan dapat beradaptasi dengan cepat tanpa perlu banyak waktu untuk penyesuaian.
Keputusan yang diambil Red Bull untuk musim depan memang terbilang cerdik. Namun, bagaimana dengan sisa seri musim ini?
Tantangan nyata yang kini dihadapi Red Bull adalah bagaimana mereka menyelesaikan musim ini dengan hasil terbaik. Pit stop terakhir sudah dilakukan, dan balapan harus diselesaikan.
Apakah tim Red Bull F1 mampu membalikkan keadaan di klasemen konstruktor dan mengukuhkan Max Verstappen sebagai juara dunia F1 2024? Mari kita tunggu bersama.